Mengerikan, Bakteri Luar Angkasa Ternyata Sangat Berbahaya Bagi Manusia


PT.Bestprofit, Jakarta - Sekelompok ilmuwan meneliti bahwa bakteri yang berasal dari luar angkasa ternyata dapat menempel di pesawat luar angkasa. Bakteri tersebut diklaim sangat berbahaya bagi manusia.
Dilansir Mirror, Selasa (21/2/2017), bakteri luar angkasa bisa saja berasal dari material antariksa yang diambil astronot.
Bebatuan dan es yang diambil dari Mars atau Europa--bulan milik Jupiter--contohnya, jika tidak disterilkan terlebih dahulu, akan terus hidup di material tersebut.
Dr. John Rummel, ilmuwan senior dari Seti Institute di Mountain View, California, berkata selain bakteri ada pula mikroorganisme atau mikroba yang juga dapat membawa penyakit bagi manusia.

Karena itu, sebagai langkah antisipasi, pihak Badan Antariksa harus menyiapkan metode sterilisasi objek luar angkasa yang dibawa serta melakukan metode yang sama untuk "membersihkan" wahana luar angkasa dan kostum para astronot.
"Jika mereka (astronot) membawa sampel dari Europa atau Mars, kami akan sterilkan lebih dulu. Kami akan simpan dan melakukan uji coba sampai akhirnya material tersebut aman dan bebas dari bakteri serta mikroba," kata Dr. Rummel saat mengisi sesi American Association for the Advancement of Science (AAAS) di Boston beberapa waktu lalu.
Mengapa bakteri dan mikroba bisa bertahan sebegitu lamanya, sehingga dapat hidup saat sampai di Bumi? Dijelaskan Dr. Rummel, komponen mikrobial tersebut ternyata immune (tahan) terhadap suhu dingin dan kondisi kering.
"Mereka akan mati jika terkena radiasi yang intens. Tetapi, organisme ini kan terlindungi di dalam pesawat luar angkasa. Selagi pesawat tersebut tertutup, mereka akan terus hidup. Suhu di dalam (pesawat luar angkasa) itu sangat dingin," ucapnya.

Diklaim Berbahaya, Dari Mana Asal Bakteri Luar Angkasa?

Lantas, mengapa bakteri bisa luar angkasa? Dari mana asal bakteri-bakteri ini sebenarnya?
Menurut informasi yang dimuat di laman Mirror, Rabu (22/11/2017), bakteri tumbuh dari debu antariksa yang bisa melesat dalam kecepatan 70 kilometer per detik.
"Partikel yang ada di debu tersebut membentuk senyawa mikroba berupa bakteri yang bisa lepas karena debu antariksa yang melesat begitu cepat," ujar Arjun Berera, ilmuwan University of Edinburgh School of Physics and Astronomy.sumber:liputan6.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Sebelum Merger dengan FREN dan Smartel, EXCL Berencana Menebar Dividen

IMR Asia Holding Resmi Mengakuisisi Fortune Indonesia (FORU)