Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Harga Minyak Dunia Melemah Jelang Pertemuan G20

Harga Minyak Dunia Melemah Jelang Pertemuan G20 
 Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Idhad Zakaria).
 
Jakarta, PT.Bestprofit -- Harga minyak dunia melemah pada perdagangan Selasa (27/11), waktu Amerika Serikat (AS), dipicu oleh ketidakpastian kondisi perang dagang AS-China dan sinyal kenaikan produksi minyak mentah global.

Namun, pelemahan harga minyak dibatasi oleh ekspektasi kesepakatan pemangkasan produksi oleh eksportir minyak pada pertemuan para anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) awal Desember mendatang.

Dilansir dari Reuters, Rabu (28/11), harga minyak mentah berjangka Brent turun US$0,27 menjadi US$60,21 per barel.



Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$0,07 menjadi US$51.56 per barel.

Pekan lalu, kedua harga acuan global sempat tertekan ke level terendahnya sejak Oktober 2017, ketika Brent merosot hingga US$58,41 per barel dan WTI US$50,15 per barel.

Kedua harga acuan telah merosot lebih dari 30 persen sejak awal Oktober 2018 akibat berlebihnya pasokan di negara berkembang dan pelemahan di pasar keuangan.



Sementara itu, pelaku pasar tengah mengantisipasi pertemuan pemimpin dari 20 perekonomian terbesar dunia (G20) pada 30 November hingga 1 Desember 2018 di Buenos Aires, Argentina. Salah satu agenda utamanya adalah pembahasan perang dagang AS-China.

Selasa kemarin, Penasehat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyatakan Presiden AS Donald Trump terbuka untuk memperoleh kesepakatan dagang dengan China. Namun, AS bersiap untuk mengerek tarif impor kembali jika tidak ada terobosan dalam penyelesaiaan gangguan dagang selama acara makan malam dengan Presiden China Xi Jinping, Sabtu malam nanti.

Gedung Putih melihat acara makan malam tersebut sebagai kesempatan untuk membuka halaman baru terkait perang dagang dengan China. Namun, Kudlow menyatakan sejauh ini Gedung Putih telah dikecewakan oleh respons China terhadap masalah perdagangan.



"Tarif yang berlaku saat ini telah menciderai perekonomian global dan eskalasi lebih lanjut hanya akan menekan proyeksi permintaan minyak lebih jauh," ujar Partner Again Capital Management John Kilduff di New York.

Tiga produsen utama minyak dunia, yakni Rusia, AS, dan Arab Saudi akan menghadiri pertemuan G20. Hal itu juga meningkatkan ekspektasi bahwa kebijakan mengenai minyak akan dibicarakan.

Anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan bertemu pada 6 Desember 2018 mendatang di Wina, Austria. Pertemuan akan membahas kebijakan terkait produksi dengen sejumlah negara non-OPEC, termasuk Rusia.



Awal pekan ini, sumber Reuters menyatakan Arab Saudi mengerek produksi minyak ke level tertinggi pada November dengan mencapai 11,1 juta hingga 11,3 juta barel per hari (bph).

Namun, kerajaan telah mendorong kebijakan untuk memangkas produksi secara bersama-sama. Sumber Reuters menyatakan Arab Saudi tengah membahas proposal pemangkasan produksi sebesar 1,4 juta bph bersama OPEC dan sekutunya.

Di sisi lain, Trump telah menekan Arab Saudi, pemimpin de-facto OPEC, untuk tidak memangkas produksi.



Di AS, produksi minyak mentah AS juga mencetak level tertinggi bulan ini menjadi 11,7 juta bpd. Persediaan minyak AS telah terkerek selama sembilan pekan berturut-turut.

Institut Perminyakan Amerika (API) mencatat persediaan minyak mentah AS naik 3,5 juta barel menjadi 442,2 juta barel pekan lalu. Kenaikan itu lebih tinggi dari proyeksi sejumlah analis yang memperkirakan kenaikan hanya akan berkisar 769 ribu barel.

Jika data pemerintah yang dirilis Rabu (28/11) waktu setempat mengkonfirmasi kenaikan stok tersebut, maka kenaikan pasokan terjadi selama sepuluh pekan berturut-turut.sumber:cnnindonesia.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini