Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2025

Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Rugi Waskita Karya (WSKT) Turun 31,32% Jadi Rp 2,58 Triliun di Tahun 2024

  Rugi bersih PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) berkurang di tahun 2024, meskipun pendapatan usahanya tercatat turun. Melansir laporan keuangan, WSKT mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp 10,70 triliun di tahun 2024. Angka itu turun 2,27% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 10,95 triliun di tahun 2023. Segmen jasa konstruksi berkontribusi paling besar ke pendapatan usaha Waskita tahun lalu, yaitu sebesar Rp 7,89 triliun. Lalu diikuti segmen penjualan precast Rp 1,34 triliun, segmen pendapatan jalan tol Rp 1,10 triliun, dan segmen pendapatan properti Rp 176,83 miliar. Kemudian, segmen pendapatan hotel menyumbang Rp 110,30 miliar, segmen penjualan infrastruktur lainnya Rp 64,90 miliar, dan segmen sewa gedung dan peralatan Rp 12,67 miliar. Turunnya pendapatan usaha diikuti juga oleh penurunan beban pokok pendapatan dari Rp 10,34 triliun di tahun 2023, menjadi Rp 9,28 triliun di tahun 2024. Alhasil, laba bruto Waskita menjadi Rp 1,41 triliun tahun lalu, na...

IHSG Masih Dibayangi Tekanan Eksternal, Cermati Saham Berikut Sepekan Ini

  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 74,40 poin atau 1,21% ke 6.235,61 pada akhir perdagangan Selasa (25/3).  Sebanyak 329 saham naik, 265 saham turun dan 202 saham stagnan. Total volume perdagangan saham di bursa hari ini mencapai 16,64 miliar saham dengan total nilai Rp 14,22 triliun. Aliran dana asing tercatat masuk Rp 420,19 miliar hari ini. Sayangnya, dana asing yang keluar dari bursa sejak awal tahun masih jauh lebih besar yaitu mencapai Rp 30,83 triliun. Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila mengatakan, sentimen yang menggerakan pasar hari ini adalah sentimen eksternal melihat tarif impor yang lebih lunak. Rilis data purchase manager index  (PMI) Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan penguatan di PMI jasa.  “Namun, sentimen ini masih bisa jangka pendek dan belum cukup sinyal baik untuk IHSG, karena IHSG masih tertekan dari sisi domestik yaitu keadaan risiko politik yang tinggi serta pasar China yang dinilai ...

Saham Blue Chip Ini Akan Bayar Dividen Rp 1,12 Triliun, Investor Perlu Beli / Tahan?

  Musim pembayaran dividen saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dimulai. Terbaru, saham blue chip sektor telekomunikasi menyiapkan dana lebih dari Rp 1 triliun untuk pembayaran dividen. Dengan dividen tersebut, apakah saham blue chip ini menarik dikoleksi? Saham blue chip adalah saham lapis satu yang berpengalaman lama di bursa efek. Saham blue chip biasanya berasal dari perusahaan dengan kinerja fundamental yang kuat serta memiliki nilai kapitalisasi pasar besar mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Di BEI, saham blue chip biasanya menjadi anggota indeks mayor seperti LQ45. Terbaru, salah satu anggota LQ45 yang akan bayar dividen saham adalah PT XL Axiata Tbk (EXCL). Manajemen EXCL mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk pembayaran dividen Rp 1,12 triliun dari laba bersih tahun buku 2024. Jumlah tersebut setara dengan 62% dari laba bersih EXCL tahun buku 2024. Setiap pemegang saham EXCL akan memperoleh dividen Rp 85,7 per saham. ...