Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Pemerintah Batalkan Kenaikan Tarif Cukai Rokok, Cek Rekomendasi Saham HMSP dan GGRM

 

Pemerintah memutuskan untuk mempertahankan tarif cukai hasil tembakau untuk tahun 2025, sebuah langkah yang memberikan angin segar bagi emiten rokok yang mengalami tekanan daya beli. 

Keputusan ini diambil setelah pembahasan terakhir dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan mempertimbangkan kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025.

Meskipun tarif cukai tetap, pemerintah berencana menyesuaikan harga jual eceran (HJE) produk tembakau pada tahun yang sama.

Riset dari tim Stockbit Sekuritas menunjukkan bahwa keputusan ini akan memberikan dampak positif bagi emiten rokok seperti PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Wismilak Inti Makmur (WIIM). 

Stockbit mencatat bahwa tanpa kenaikan cukai, profitabilitas dan pendapatan emiten rokok diperkirakan akan meningkat. Namun, tren peralihan konsumen ke produk rokok yang lebih murah mungkin akan terus berlanjut, mengingat penyesuaian HJE yang direncanakan. 

Saat ini, selisih HJE antara rokok sigaret kretek mesin (SKM) tier 1 dan tier 2 mencapai 64%, yang membuat produk lebih murah tetap menarik bagi konsumen.

Oktavianus Audi dari Kiwoom Sekuritas Indonesia mengatakan bahwa keputusan ini akan tetap memberikan dampak positif, dengan proyeksi penjualan emiten rokok tumbuh 6% secara year on year (yoy) pada 2025. 

Meskipun demikian, rasio net profit margin (NPM) diperkirakan masih akan berada di bawah level sebelum pandemi, sekitar 4%.

Audi juga mengamati adanya korelasi antara kenaikan cukai hasil tembakau dan penurunan penjualan rokok. Misalnya, pada semester I-2024, HMSP mencatatkan penurunan penjualan sebesar 2,9% yoy menjadi 39,4 miliar batang, disertai penurunan pangsa pasar sebesar 1,5%. 

Meskipun demikian, Audi berpendapat bahwa pembatalan kenaikan cukai hasil tembakau hanya akan memberikan sentimen positif jangka pendek untuk saham emiten rokok. Ia mengingatkan bahwa daya beli masyarakat masih lemah dan peredaran rokok ilegal masih marak. 

Audi merekomendasikan agar investor mempertimbangkan saham rokok dalam jangka pendek, khususnya HMSP, yang menunjukkan tren bullish. 

Ia menyarankan untuk membeli saat harga melewati MA200 dengan target Rp 860 dan support Rp 740. Untuk GGRM, Audi merekomendasikan untuk membeli saat harga melewati neckline, dengan target menuju Rp 17.500 dan support Rp 16.000 per saham.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini