Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Intip Proyeksi BNI Sekuritas untuk Pasar Obligasi Kamis

 

Harga Surat Utang Negara (SUN) cenderung menguat pada perdagangan Rabu (21/8). 

BNI Sekuritas, dalam risetnya, Kamis (22/8) memaparkan berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 1bps menjadi 6,46%. Yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 4bps menjadi 6,58%.

Sementara data Bloomberg menunjukkan level yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 3bps menjadi 6,61%. 

"Level yield curve SUN 10-tahun saat ini telah turun ke bawah lower bound dari estimated range kami untuk minggu ini, yaitu di kisaran 6,64%-6,84%," tulis BNI Sekuritas.

Volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp 21,4 triliun pada hari kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 34 triliun.

FR0100 dan FR0103 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing-masing sebesar Rp 5,3 triliun dan Rp2,4 triliun. Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1 triliun.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Agustus 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,25%. 

BI menilai keputusan tersebut sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan lebih lanjut stabilisasi nilai tukar rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025.

Bank Indonesia akan mengoptimalkan berbagai instrumen moneter pro-market, yaitu SRBI, SVBI, dan SUVBI untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dan pencapaian sasaran inflasi. Hingga 19 Agustus 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp 899,5 triliun, US$ 1,73 miliar, dan US$ 168 juta.

BI melihat penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri, tecermin dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp 243,27 triliun atau 27,04% dari total outstanding.

Untuk hari ini, indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung mixed. Yield curve US Treasury (UST) 5-tahun turun sebesar 6bps menjadi 3,64%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 3bps menjadi 3,79%. Di sisi lain, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia meningkat sebesar 1bps menjadi 71bps.

"Dengan mempertimbangkan kondisi pasar tersebut, kami melihat adanya potensi peningkatan volatilitas harga dan yield instrumen SBN berdenominasi rupiah," papar BNI Sekuritas.

Berdasarkan valuasi yield curve, BNI Sekuritas memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0081, FR0042, FR0047, FR0071, FR0052, FR0085, FR0073, FR0054, FR0058, FR0074.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini