Investasi rupiah kian berisiko
PT BESTPROFIT Persepsi investor terkait risiko investasi di Indonesia kembali meningkat. Hal ini ditunjukkan oleh naiknya credit default swap (CDS) Indonesia, khususnya CDS tenor lima tahun.Kamis, CDS Indonesia tenor lima tahun kembali menyentuh rekor
tertinggi di 143,92. Angka itu sudah melesat 68% dari posisi di akhir
2017 yang masih di 85,25.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Moody's Investor Service yang
menyebut, seiring penguatan dollar Amerika Serikat, risiko kredit di
negara emerging market yang mengandalkan pendanaan luar negeri cenderung naik.Ekonom
Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail mengamini hal tersebut. Peningkatan CDS Indonesia pada dasarnya sangat berkorelasi dengan
pelemahan rupiah terhadap dollar AS," kata dia. BEST PROFIT
Di
samping efek kenaikan suku bunga acuan AS, rupiah juga melemah akibat
dampak perang dagang. Terutama setelah China melemahkan mata uangnya,
yuan, agar barang produksinya tetap laku, kendati ada pelarangan dari
AS. Alhasil, mata uang negara emerging market mau tidak mau ikut melemah, agar tetap kompetitif. Ujung-ujungnya, CDS di negara-negara emerging market melesat.
Indonesia
tidak sendirian. CDS dari negara-negara yang peringkat utangnya mirip
dengan Indonesia, seperti India dan Filipina, juga meroket.CDS
India tenor lima tahun mencapai level 91,10, yang merupakan level
tertinggi di tahun ini. CDS Filipina pun merangkak naik ke 95,34. Fund Manager Capital Asset Management Desmon Silitonga
menambahkan, seiring dengan CDS yang meningkat, investor asing
ramai-ramai keluar dari pasar obligasi Indonesia, karena khawatir
terhadap risiko kerugian kurs. "Imbasnya, pasar obligasi Indonesia
berpotensi terus melemah dalam jangka pendek ini," ujar dia. BESTPROFIT
Masalah kian rumit karena pelemahan rupiah juga mengangkat yield surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun. Kemarin, yield SUN menuju level 7,78%. "Kenaikan ini sudah tidak wajar karena inflasi rendah," tambah Desmon. Di sisi lain, yield US Treasury masih stabil di level 2,83%.Karena
itu, upaya stabilisasi rupiah harus menjadi prioritas. Ia meyakini,
kenaikan suku bunga acuan BI untuk ketiga kalinya di tahun ini hampir
pasti terjadi.
Mikail pun bilang, untuk mengurangi dampak
kenaikan risiko investasi, pemerintah perlu mengurangi defisit anggaran
belanja. Dengan kata lain, penerbitan SUN diharapkan tidak terlalu
agresif. Selain itu, pemerintah juga perlu mencari opsi pendanaan lain. Salah
satunya dengan mencari pinjaman dana dari lembaga-lembaga internasional.
"Dana yang berasal dari pinjaman sifatnya tidak tradable, jadi tidak mempengaruhi rupiah," kata Mikail.
Komentar
Posting Komentar