Harga Batu Bara Masih Lesu, Sahamnya di RI Merosot

 

Mayoritas emiten batu bara terpantau terkoreksi pada perdagangan sesi I Kamis (26/10/2023), seiring masih melandainya harga batu bara acuan dunia hingga kemarin.

Per pukul 09:17 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 12 saham terpantau melemah, lima saham cenderung stagnan, dan sisanya yakni tiga saham masih menguat.


Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

Saham

Kode Saham

Harga Terakhir

Perubahan

MNC Energy Investment

IATA

50

-3,85%

TBS Energi Utama

TOBA

262

-1,50%

Harum Energy

HRUM

1.735

-1,32%

Indika Energy

INDY

1.865

-1,04%

Bayan Resources

BYAN

19.050

-1,02%

Delta Dunia Makmur

DOID

390

-0,85%

Bumi Resources

BUMI

117

-0,84%

Adaro Minerals Indonesia

ADMR

1.175

-0,75%

ABM Investama

ABMM

3.950

-0,55%

Indo Tambangraya Megah

ITMG

27.100

-0,37%

Adaro Energy Indonesia

ADRO

2.660

-0,37%

Bukit Asam

PTBA

2.680

-0,25%

Baramulti Suksessarana

BSSR

4.050

0,00%

Golden Eagle Energy

SMMT

1.240

0,00%

Borneo Olah Sarana Sukses

BOSS

50

0,00%

United Tractors

UNTR

26.325

0,00%

Prima Andalan Mandiri

MCOL

5.625

0,00%

Mitrabara Adiperdana

MBAP

5.425

0,46%

Atlas Resources

ARII

304

1,33%

Alfa Energi Investama

FIRE

158

16,18%

Sumber: RTI

Saham PT MNC Energy Investment Tbk (IATA) menjadi yang paling parah koreksinya pada sesi I hari ini, yakni ambruk 3,85% ke posisi Rp 50/saham.

Namun, untuk saham PT Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) menjadi saham yang penguatannya paling besar meski mayoritas saham batu bara terkoreksi, yakni mencapai 16,18% menjadi Rp 158/saham.

Harga batu bara dunia masih merana, akibat China dan India yang mengalami peningkatan produksi batu bara domestiknya dan mulai beralihnya ke Energi Baru Terbarukan (EBT).

Melansir Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak November 2023 ditutup ambles 1,04% di posisi US$ 133,25 per ton kemarin.

Penurunan ini menjadikan kinerja batu bara sepanjang Oktober ambles 14,77%. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 14 Juli 2023 atau lebih dari tiga bulan terakhir.

Harga batu bara telah terkoreksi tiga hari perdagangan berturut-turut dengan koreksi di atas 1%. Penurunan ini memosisikan harga batu bara semakin memungkinkan menjebol ke bawah level psikologis US$ 130 per ton.

Koreksi harga batu bara terjadi akibat pengiriman batu bara ke negara importir batu bara lintas laut terbesar kedua di dunia, India, pada sembilan bulan pertama tahun 2023 yang jeblok 9% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Hal ini disebabkan oleh peningkatan sebesar 12% (yoy) dalam penambangan pasokan batu bara dalam negeri menggantikan impor dan produksi listrik yang terus meningkat meskipun produksi dari pembangkit listrik tenaga air lebih rendah, kata sebuah laporan oleh Bimco, asosiasi pelayaran internasional terbesar di dunia yang dikuti dari The Hindu Business Line.

Impor batu bara India pada kuartal pertama sebanyak 52 juta, naik menjadi 65 juta ton pada kuartal-II 2023, namun harus jatuh ke bawah 50 juta ton pada kuartal ketiga tahun ini.

India adalah pasar yang sensitif terhadap biaya dan biasanya lebih memilih batubara termal yang lebih murah dengan kandungan energi rendah, sehingga bersaing langsung dengan importir lain di Asia. Selain itu, penggunaan energi bersih akan menggantikan penggunaan batu bara.

Beralih ke China, konsumen batu bara terbesar dunia ini mengalami peningkatan permintaan, namun diimbangi oleh pasokan pembangkit listrik tenaga air sebesar 40 miliar kWh, generator termal (+13 miliar kWh), tenaga surya (+4 miliar kWh), angin (+2 miliar kWh) dan generator nuklir (+2 miliar kWh).

Tiongkok telah menambah kapasitas pembangkit tambahan sebesar 226 GW pada tahun 2023, yang dipimpin oleh peningkatan besar pada pembangkit listrik tenaga surya (129 GW) dengan peningkatan yang jauh lebih kecil pada pembangkit listrik termal (39 GW), angin (33 GW), dan pembangkit listrik tenaga air (8 GW).

Produksi tambang dalam negeri mencapai rekor musiman sebesar 393 juta ton pada September, naik dari 387 juta pada bulan yang sama tahun sebelumnya dan 334 juta pada tahun 2021.

Tingginya produksi batu bara China dan India sebagai dua produsen dan konsumen terbesar dunia mempengaruhi tingginya pasokan, sehingga menyebabkan adanya koreksi harga batu bara global. Selain itu, penurunan produksi batu bara disebabkan peningkatan penggunaan Energi Baru Terbarukan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ide Trading dari CGS International Sekuritas: BBRI, BBNI, EXCL, VKTR, INCO, PTPP

Proyeksi IHSG & Rekomendasi Saham BNGA, EXCL, BMRI, dan BKSL Untuk Rabu

BRI Life Menerima 4 Penghargaan dari 3 Institusi,Cetak Kinerja Positif Sepanjang 2023