Direktur Operasi dan Produksi Timah (TINS) Diberhentikan Sementara, Ada Apa?

  Emiten anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID, PT Timah Tbk (TINS) mengumumkan pemberhentian sementara Direktur Operasi dan Produksi Nur Adi Kuncoro terhitung sejak 13 Oktober 2025. Manajemen TINS tidak menjelaskan secara rinci penyebab pemberhentian Nur Adi Kuncoro dari posisi tersebut. Bila merujuk pada keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Nur Adi Kuncoro diberhentikan dari jabatannya untuk sementara karena terdapat alasan mendesak bagi perusahaan.  "Perusahaan memberikan tugas kepada Direktur Utama PT Timah Tbk sebagai Pelaksana tugas (Plt) Direktur Operasi dan Produksi terhitung sejak tanggal 13 Oktober 2025 sampai dengan ditetapkan pada keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) terdekat," tulis Division Head Corporate Secretary Timah Rendi Kurniawan dalam keterbukaan informasi, Rabu (15/10/2025) malam. Pihak TINS merujuk pada ketentuan Pasal 11 ayat 27 Anggaran Dasar Perseroan bahwa Anggota Direksi sewaktu-waktu dapat diberhentikan unt...

Bukukan Kenaikan Kinerja, Intip Rekomendasi Saham Vale Indonesia (INCO)

 

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sukses mencetak pertumbuhan kinerja keuangan sepanjang 2023.

Dari sisi bottomline, laba bersih emiten nikel ini naik 36,89% menjadi US$ 274,33 juta sepanjang 2023. Sebagai perbandingan, laba bersih INCO di tahun 2022 hanya US$ 200,40 juta.

Kenaikan laba bersih ini sejalan dengan naiknya pendapatan. INCO meraup pendapatan bersih senilai US$ 1,23 miliar per akhir 2023. Realisasi ini naik 4,5% dari pendapatan di periode 2022 sebesar US$ 1,17 miliar.

Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer menilai, ada dua katalis utama peningkatan profit INCO.

Pertama, keberhasilan INCO dalam menekan cash cost per ton, dimana cash cost sepanjang tahun lalu turun 12% secara year-on-year (YoY).

Kedua, kenaikan produksi nickel matte

“Kedua katalis berhasil menghapus dampak negatif dari normalisasi harga nikel matte global,” kata Axell, Senin (12/2).

Sebagai gambaran, INCO memproduksi  70.728 metrik ton nikel dalam matte pada tahun 2023. Realisasi ini naik 18% dari produksi tahun 2022 yang hanya 60.090 ton nikel matte.

Adapun produksi pada triwulan IV- 2023 mencapai 19.084 ton nikel dalam matte. Jumlah ini 6% lebih tinggi dibandingkan dengan volume produksi yang dicatat pada kuartal III-2023 yang sebesar 17.953 ton nikel matte. Realisasi tersebut juga naik 18% secara year-on-year (yoy), dimana produksi pada kuartal IV-2022 hanya mencapai 16.183 ton

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan mempertahankan target harga saham INCO di Rp 4.900 per saham. Target ini menyiratkan price to earnings (P/E) ratio sebesar 11,7 kali pada  2024.

Namun, Rizkia meningkatkan rekomendasi saham INCO menjadi buy mengingat dinamika harga saham INCO yang mengalami koreksi sejak awal tahun atau secara year-to-date (ytd).

Menurut Axell, secara fundamental, penurunan harga nikel sebesar 48% sepanjang 2023 sudah tercermin (priced in) dalam penurunan harga saham INCO yang anjlok hingga 52%.

“Ini berarti, mulai stabilnya harga nikel dan penyelesaian proses divestasi nanti dapat menjadi katalis untuk INCO rebound,” tutup Axell.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cermati Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (3/3) Usai IHSG Terjun ke 6.270

Bitcoin Menuju US$115.000, Tapi Tangan Tak Terlihat Dealer Bisa Redam Rally

Harga Emas di Pegadaian, Siang Ini Senin 12 Februari 2024, Cek Daftarnya di Sini