Demo Krisis Air Bersih Berujung Rusuh di Iran, 3 Orang Tewas
Sekitar tiga orang tewas tertembak dalam demonstrasi
berujung kerusuhan memprotes kekurangan pasokan air bersih dalam sepekan
terakhir, di Provinsi Khuzestan, barat daya Iran.
Salah satu dari tiga korban tewas itu merupakan perwira polisi. Gubernur
Khuzestan, Fereydoun Bandari, menuturkan polisi itu tewas saat mengamankan
demonstrasi di kota pelabuhan Mahshahr.
"Rakyat Khuzestan menggelar protes malam hari, protes yang telah terpendam
selama bertahun-tahun," kata surat kabar reformis Arman-e Melli, seperti
dikutip Arab News pada Kamis (22/7).
Sementara itu, di Izeh, gubernur setempat, Hassan Nobovati, mengatakan seorang
pemuda ditembak mati oleh perusuh dalam demonstrasi serupa. Kerusuhan unjuk
rasa di Izeh turut melukai 14 polisi.
Pemerintah di Kota Shadegan mengatakan seorang pengunjuk
rasa ditembak mati oleh para perusuh dalam demo itu.
Sejumlah video yang tersebar di media sosial menunjukkan demonstrasi terjadi di
Ahvaz, Hamidiyeh, Izeh, Mahshahr, Shadegan, dan Susangerd. Ratusan pedemo
meneriakkan slogan anti-pemerintah, sambil dikelilingi polisi anti huru-hara.
Surat kabar Etemad melaporkan tagar #SayaHaus dalam bahasa Arab menjadi tren di
media sosial demi menarik perhatian dunia terkait penderitaan rakyat Khuzestan.
Khuzestan adalah rumah bagi minoritas kaum Muslim Sunni di Iran yang sebagian
besar penduduknya menganut Syiah. Kaum Sunni di Iran kerap mengeluh sering
terpinggirkan akibat perbedaan aliran kepercayaan mereka.
Pada 2019, Provinsi Khuzestan menjadi titik utama protes anti-pemerintah.
"Ada tanda-tanda protes dan kerusuhan di provinsi itu sejak lama tetapi
para pejabat seperti biasa menunggu sampai kisruh untuk mengatasinya,"
bunyi laporan Etemad.
Demonstrasi kali ini dipicu oleh kekurangan air bersih yang selama ini
dirasakan rakyat Khuzestan ketika
musim panas tiba. Pada Rabu kemarin, stasiun televisi
pemerintah Iran memperlihatkan antrean panjang truk air di depo air bersih yang
terletak di beberapa daerah Khuzestan.
Selama bertahun-tahun, gelombang musim panas ekstrem dan
badai pasir musiman terus membuat dataran Khuzestan yang dulu subur menjadi
gersang dan tandus.
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim menjadi pemicu utama kekeringan di
daerah tersebut.
"Karena hampir 5 juta orang Iran di Khuzestan kekurangan akses ke air
minum bersih, Iran gagal menghormati, melindungi, dan memenuhi hak atas air
bersih, yang terkait erat dengan hak standar kesehatan tinggi," bunyi
pernyataan kelompok aktivis Human Rights Activists.
Presiden Hassan Rouhani pada awal Juli lalu mengatakan Iran sedang menghadapi
kekeringan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan curah hujan turun 52
persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Pemerintah pusat mengutus perwakilan ke Khuzestan pekan lalu untuk mengatasi
kekurangan air.
Komentar
Posting Komentar