Menristek Bicara Ampuh Vaksin Merah Putih Lawan Mutasi Corona
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro berharap vaksin Merah Putih, tidak terpengaruh alias mampu melawan strain baru virus corona (Covid-19) yang terus bermutasi, dan ikut menjangkit Indonesia.
Sejauh ini sudah ada empat varian corona di Indonesia yang berhasil teridentifikasi,
yakni varian D614G, B117, N439K, dan E484K.
"Mudah-mudahan pengembangan vaksin merah putih juga sudah memperhatikan
strain atau varian baru yang saat ini mulai ditemukan di Indonesia, yang
berasal dari negara lain, dan yang dikhawatirkan mampu mengganggu kinerja
vaksin," kata Bambang dalam acara virtual Badan POM RI, Selasa
(13/4).
Meski demikian, Bambang mengingatkan bahwa sejauh ini belum ada penelitian yang secara gamblang menyebutkan bahwa mutasi virus corona ini mampu menurunkan efikasi vaksin. Namun kondisi itu menurutnya sangat dinamis, dan ia meminta agar peneliti vaksin buatan anak bangsa merah putih tetap waspada.
Sejauh ini, sudah ada enam institusi atau lembaga yang ikut mengembangkan vaksin tersebut dengan platform yang berbeda. Diantaranya Eijkman, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Airlangga, dan Universitas Gadjah Mada.
"Kita harus selalu mengupdate hasil penelitian kita, agar selalu relevan dan berguna bagi upaya kita menjaga kesehatan masyarakat, serta upaya kita untuk mengendalikan pandemi ini dengan baik," jelas Bambang.
Bambang lantas menjelaskan beberapa progres yang saat ini terus dilakukan oleh beberapa peneliti dari vaksin buatan anak bangsa ini. Untuk Eijkman, vaksin dengan subunit protein rekombinan itu saat ini tengah dalam riset pengembangan dan persiapan uji hewan untuk proof of concept.
Selanjutnya vaksin dari Unair yang mengembangkan metode inactivated virus dan Adenovirus masuk dalam tahapan pre klinis, persiapan uji klinis dan produksi biji vaksin.
LIPI dengan metode protein rekombinan saat ini dalam proses transfeksi ke dalam sel mamalia dan karakterisasi protein. Kemudian, ITB dengan metode sub unit protein rekombinan dan Adenovirus vector masuk dalam tahap purifikasi protein subunit dan produksi vektor adenovirus.
Dua yang lain, yakni UI dengan metode pengembangan DNA dan mRNA telah memasuki riset pengembangan dan persiapan uji hewan, sementara terakhir dari UGM dengan subunit protein rekombinan memasuki tahapan pengembangan DNA sintetik ke vektor prokariotik dan sel mamalia.
Dari keenam vaksin itu, Bambang menargetkan dua paling tercepat untuk diberikan izin penggunaan darurat (EUA) hingga produksi massal adalah vaksin merah putih dari Eijkman dan Unair.
"Kita harapkan vaksin merah putih akan menjadi tuan rumah di negara sendiri. Ketika paling tidak dua dari enam ini sudah sampai pada tahap produksi massal, terutama Eijkman dan Universitas Airlangga," pungkasnya.
Komentar
Posting Komentar