Postingan

BI Sebut Aksi Demo Mahasiswa dan Gejolak Global Tekan Rupiah

Bank Indonesia ( BI ) menyatakan sentimen terhadap aksi demo mahasiswa di dalam negeri dan gejolak global menekan nilai tukar  rupiah selama beberapa waktu terakhir. Sebelumnya, pada perdagangan spot Rabu (25/9), rupiah berada di posisi Rp14.152 per dolar AS. Rupiah tercatat melemah 0,27 persen dibandingkan penutupan Selasa (24/9). Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan mata uang Garuda sempat menguat ke level di bawah Rp14.100 per dolar AS. Bahkan, sambung dia, dua pekan lalu, rupiah berada di level Rp13.900-an. Akan tetapi, sentimen global dan domestik menimbulkan kegelisahan di pasar hingga menekan rupiah. "Kami tahu juga ada concern domestik demo-demo yang kami lihat dua hari ini kok masih terus berlangsung, itu tentunya menimbulkan jittery (kegelisahan) juga di pasar finansial kita," katanya, Rabu (25/9). Sebagaimana diketahui, selama tiga hari berturut-turut terjadi aksi demonstrasi yang dimotori oleh mahasiswa di beberapa kota di Indo...

Musikus Galang Dana Dukung Aksi Mahasiswa Disebut Terpercaya

Platform penggalangan dana secara online , Kitabisa , mengonfirmasi bahwa penggalangan dana untuk mendukung aksi  demonstrasi mahasiswa terpercaya. Penggalangan dana ini dilakukan oleh akun grup musik Efek Rumah Kaca dan eks personel Banda Neira, Ananda Badudu. Ananda membuka platform penggalangan dana di platform KitaBisa pada 22 September 2019. Penggalangan dana ini bertajuk "Dukung Aksi Mahasiswa di Gedung DPR 23-24 Sept". Keesokan harinya, Efek Rumah Kaca (ERK) juga membuka donasi serupa dengan penggalangan " Mendukung Perjuangan Mahasiswa, Kalian TOB!". "Soal keabsahan akun, akun atas nama Ananda Wardhana Badudu adalah sah. Sudah terverifikasi melalui ktp dan foto dengan ktp yang sudah dilampirkan oleh Ananda Wardhana Badudu," jelas Fara Devana, Public Relations Kitabisa.com, saat dihubungi "Akun Ananda Badudu sendiri sejak tahun 2017 sudah menggalang dana di Kitabisa. Track record -nya (rekam jejak) baik dan terpercaya," tegasnya...

Pemblokiran Internet, Alat Represi Pemerintah Abad 21

Southeast Asia Freedom of Expression Network ( SAFEnet ) menyebut  pemblokiran akses internet merupakan salah satu alat represi pemerintah di era digital pada abad ke-21 ini. Hingga saat ini, pemerintah sudah tiga kali memblokir akses internet dan  media sosial di Indonesia, yaitu pada saat rusuh di sekitar Bawaslu pada akhir Mei, rusuh Papua pada Agustus, dan rusuh di Wamena, Senin (23/9). Executive Director SAFENet Damar Juniarto menyayangkan aksi pembatasan akses internet tersebut mengingat Indonesia adalah negara demokrasi. "Tindakan internet shutdown telah menjadi salah satu alat represi pemerintah di abad ke-21. Karena ini kembali dilakukan untuk ketiga kalinya, maka saya anggap Internet Shutdown telah menjadi sebuah cara wajar untuk menangani situasi konflik sosial di Indonesia," ujar Damar dalam keterangan resmi SAFENet kemudian mendesak Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk membuka akses internet di Wamena, Papua. Kemenkominfo ke...